Postingan

Menampilkan postingan dari April 21, 2013
HIU DAN LUMBA-LUMBA Ikan hiu dan ikan lumba-lumba mempunyai perangai yang berbeda, namun mereka tetap bersahabat. Ikan hiu dikenal mempunyai sifat serakah, ganas, dan kejam. Berlawanan dengan sifat ikan lumba-lumba yang penyabar dan bijak. Walaupun demikian mereka selalu bersama bila mencari makan. Suatu hari, mereka beriringan mencari makan di lautan yang dalam. Ikan lumba-lumba senang memangsa ikan-ikan yang kecil, sedangkan ikan hiu lebih suka memangsa ikan-ikan yang besar. Ikan hiu mempunyai nafsu makan yang luar biasa. Walaupun telah mendapat ikan yang besar sekalipun, kadang ikan hiu masih suka menangkap mangsa yang lain. Bahkan seringkali ikan hiu tidak menghabiskan mangsanya, karena perutnya sudah tidak muat lagi untuk menampung. Ketika sampai di sebuah tempat, mereka segera mengejar-ngejar mangsa yang berada di sekitarnya. Ikan hiu dengan buasnya melahap ikan-ikan yang besar, sedang ikan lumba-lumba hanya memangsa ikan-ikan kecil yang berada di dekatnya. Ikan lumba-l
ISTANA BUNGA Dahulu kala, hiduplah raja dan ratu yang kejam. Keduanya suka berfoya-foya dan menindas rakyat miskin. Raja dan Ratu ini mempunyai putra dan putri yang baik hati. Sifat mereka sangat berbeda dengan kedua orangtua mereka itu. Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna selalu menolong rakyat yang kesusahan. Keduanya suka menolong rakyatnya yang memerlukan bantuan. Suatu hari, Pangeran Aji Lesmana marah pada ayah bundanya, “Ayah dan Ibu jahat. Mengapa menyusahkan orang miskin?!” Raja dan Ratu sangat marah mendengar perkataan putra mereka itu. “Jangan mengatur orangtua! Karena kau telah berbuat salah, aku akan menghukummu. Pergilah dari istana ini!” usir Raja. Pangeran Aji Lesmana tidak terkejut. Justru Puteri Rauna yang tersentak, lalu menangis memohon kepada ayah bundamya, “Jangan, usir Kakak! Jika Kakak harus pergi, saya pun pergi!” Raja dan Ratu sedang naik pitam. Mereka membiarkan Puteri Rauna pergi mengikuti kakaknya. Mereka mengembara. Menyamar menjadi orang bias
KIKI DAN KIKU Ada dua ekor burung kecil yang tinggal di dahan pohon. Mereka bernama Kiki dan Kiku. Kedua burung itu bersahabat, tetapi tabiat mereka berbeda. Kiki selalu bangun pagi sebelum matahari terbit. Ia berolahraga di dahan-dahan pohon, meloncat dari dahan ke dahan, terbang mengelilingi pohon-pohon dan menyanyi. Kiki paling senang, bila ia dapat melihat matahari terbit. “Selamat pagi, matahari yang baik,” sapa Kiki ramah. “Selamat pagi juga, Kiki! Ho ho ho, pagi ini lagi-lagi kau bangun lebih pagi dariku,” sahut Matahari. Matahari dan Kiki hampir setiap hari mengobrol. Kalau Kiki rajin bangun pagi, Kiku sebaliknya. Ia tak pernah bangun kalau matahari belum berada di atas pucuk pohon. Karena tidur terlalu lama dan jarang berolahraga, Kiku sering sakit. Kiki jengkel dengan kemalasan Kiku. Karena ia tak bisa membereskan tempat tidurnya pada pagi hari. Kiki mencari akal agar Kiku tidak malas bangun pagi lagi. “Kiku, pernahkah engkau makan cacing?” tanya Kiki pada suatu ha
SEEKOR SINGA DAN SEEKOR TIKUS Seekor singa sedang tidur-tiduran di sebuah padang rumput di hutan. Perutnya lapar, karena sejak pagi tadi dia belum menyantap sesuap makanan pun. Tiba-tiba penciumannya serasa menemukan ada makanan di dekatnya. Dia mulai mencari-cari apa gerangan yang bisa dimakannya itu. Ternyata, seekor tikus sedang bermain-main di balik rerumputan. “Hai, tikus, tahukah kamu bahwa engkau telah menggangguku” kata singa sambul mengaum, memperlihatkan taringnya yang tajam “Aaauuuummmmmmm……..!!” “Awas kau akan kujadikan santapan pertamaku hari ini”. Dengan sigap dia meloncat, dan dalam sekejap, tikus kecil yang malang itu sudah berada dalam genggamannya. “Oh, singa yang baik, janganlah kau makan diriku,” kata tikus itu ketakutan setengah mati. “Di rumahku tujuh ekor anakku sedang menungguku dan makanan yang sedang kubawa ini”, tikus menghiba. Air matanya mulai menetes dari matanya. Dia menangis… cit…cit..cit…cit. “Ho…ho…ho.. aummmmm, aku tidak akan melepaskanmu ti
PANGERAN KATAK Pada jaman dahulu kala, ketika saat itu dengan mengharapkan sesuatu, hal itu dapat terwujud, ada seorang Raja yang mempunyai putri-putri yang sangat cantik jelita, dan putrinya yang termuda begitu cantiknya sehingga matahari sendiri yang melihat kecantikan putri termuda itu menjadi ragu-ragu untuk bersinar. Di dekat istana tersebut terletak hutan kayu yang gelap dan rimbun, dan di hutan tersebut, di bawah sebuah pohon tua yang mempunyai daun-daun berbentuk hati, terletak sebuah sumur; dan ketika cuaca panas, putri Raja yang termuda sering ke hutan tersebut untuk duduk di tepi sumur yang dingin, dan jika waktu terasa panjang dan membosankan, dia akan mengeluarkan bola yang terbuat dari emas, melemparkannya ke atas dan menangkapnya kembali, hal ini menjadi hiburan putri raja untuk melewatkan waktu. Suatu ketika, bola emas itu dimainkan dan dilempar-lemparkan keatas, bola emas itu tergelincir dari tangan putri Raja dan terjatuh di tanah dekat sumur lalu terguling mas
Putri dan si Tikus Pada jaman dahulu kala tinggalah raja dengan putrinya yang bernama Safia. Raja dan ratu sangat mencintai Safia. Suatu hari ada tukang sihir yang datang ke istana dan meminta perlindungan. Dia mengatakan bahwa dia adalah ilmuwan yang sedang dikejar-kejar musuh karena menulis buku yang sangat penting dan tidak tahu harus meminta pertolongan kepada siapa lagi. “Ilmuwan yang baik” kata sang raja, “Kamu akan mendapatkan tempat sesuai keinginanmu, selain itu kamu dapat menyelesaikan pekerjaanmu” kata sang raja kemudian. Kemudian penyihir itu pergi dengan senangnya menuju kamarnya. Dia berpura-pura melakukan bebagai macam percobaan. Setiap jum’at yang merupakan hari istirahat bagi para pekerja, penyihir memberikan hormat kepada kerjaaan, tapi dia memiliki niat tersembunyi untuk merebut tahta kerajaan. Suatu hari dia merubah dirinya menjadi wanita tua dan berjalan-jalan di taman kerjaaan, kemudian dia bertemu Safia. “Tuan putri”, kata penyihir, “Biarkanlah saya
PANGERAN BUNGSU DAN PUTRI LAUT Di tiongkok ada seorang raja yang memiliki delapan orang pangeran. Raja kini semakin tua dan sudah saatnya untuk menentukan penerusnya. Namun raja belum bisa memutuskan siapakah diantara kedelapan putranya yang berhak, karena semuanya sangat pandai dan terlatih. Akhirnya dia memutuskan untuk menyuruh putra-putranya berkelana selama tiga tahun untuk mencari ilmu yang istimewa. Dengan dibekali emas dan uang, kedelapan putra raja tersebut berangkat meninggalkan istana. Mereka berpencar dan berdandan layaknya rakyat biasa. Semuanya bertujuan untuk mencari ilmu yang paling pantas bagi raja penerus tahta. Tiga tahun kemudian, mereka semua kembali ke istana dan tampaknya sangat yakin dengan ilmu yang mereka pelajari. Kini tiba saatnya mereka menceritakan pengalaman dan ilmu apa yang telah mereka dapatkan. “Aku belajar pada tukang kayu ayah, dan kini aku sangat ahli membuat perabotan yang sangat indah!” kata pangeran satu. “Ilmuku adalah membuat ratusan