Bocah-Bocah Berseragam Biru Laut
Aku seperti kupu-kupu di ruang ini. Kupu-kupu dengan sayap yang butut dan rapuh. Kupu-kupu yang kadang kala berlagak bisa terbang jauh. Seekor kupu-kupu yang berharap bisa mendekati fakta tetapi malah terperangkap di kaca jendela. Lingsut, lelah, dan menggelepar di sana. Mungkin selamanya. Ruang teduh, ruang nyaman. Ruang tunggu dengan warna pastel. Lubang-lubang ventilasi kecil di dekat langit-langit tinggi itu membawa bocoran harum yang mungkin berasal dari beranda surga. Ratusan kepala bocah yang ada di dalamnya menekuri lantai, ratusan yang lain terlentang menatap langit-langit ruang. Aku mengitari mereka perlahan-lahan, sebagaimana seekor kupu-kupu mencari hinggapan. Kepala-kepala itu masih penuh cerita. Kepala-kepala itu masih penuh derita. Yang membuat lega hanyalah ketika malaikat penjaga neraka menolak mereka. ”Tempat ini bukan untuk anak-anak manis seperti kalian. Pergilah ke ruang tunggu yang nyaman itu. Tunggulah sejenak, sebentar lagi surga akan dibuka tepat pada saat