Pencuri !
“Ma… maling! Maling!” Aku berteriak tertahan. Kerongkongan terasa kelu. Dadaku berdegup kencang. Aku melangkah patah-patah mengikuti segerombolan orang yang terus berteriak. “Maling! Maling!” “Telanjangin!” “Hajar aja!” “Bakar!” Beberapa lelaki mencekal, memukul, menendang, dan menginjak lalu melemparkan tubuh lunglai si tertuduh maling. Beberapa yang lain menimpukkan bebatuan ke sekujur tubuh kerempeng pasrah itu. Mirip segerombolan anjing berebut tulang, mulut-mutut mereka terbuka menghirup-embuskan udara maam dengan buas. Jumlah mereka semakin banyak laki-laki, permepuan, tua dan muda, berkeluaran dari rumah-rumah yang berjejer rapi. Beberapa hanya menonton saja. Mulut mereka juga terbuka. Yang perempuan menutup mulut terbukanya dengan tangan. Wajah si tertuduh maling berkilat-kilat karena darah segar memanulkan cahaya bulan yang sedang pumama. Di sebagian kepalanya menempel debu dan butir-butir kerikil. Beberapa gigi depannya copot dengan paksa. Ada yang pata