Kisah Hujan
Hujan turun deras, tatapanku tertuju ke jendela. ‘Sial ,’kataku. Suhu berubah 360 derajat dan kini aku hanya bisa menyembunyikan senyumku pada matahari. Hembusan angin keluar dari mulutku, tak bisa ku bayangkan hari ini, hanya bisa menoleh jendela, samar-samar, rintik-rintik yang begitu keras, teriakan petir, gelapnya awan dan kencangnya angin. Semua tergambar pada wajahku, yang bisu, yang lugu, yang bingung untuk melepas sebuah masalah.
‘KKKKKKKKkkkkkkreeeeeeeecccckkk’
Terdengar sebuah pintu terdorong, ku putar tubuhku dan tiba-tiba, ‘Haii, din !’.
Sontak suara yang ku kenali, senyum balasku dan pelukan hangat mengampiriku. Rara dia sahabatku, tapi tunggu ada yang berbeda dari senyumnya, matanya bengkak, bibirnya pucat dan bekas tangis terlihat diwajahnya, pelukannya sangat erat, erat sekali.
‘Hujan deras diluar, kok kamu ke kesini, ra?’ Tanya aku penuh dengan penasaran ditempat yang ku anggap paling aman dan dingin.
Sebuah tetasan air mata jatuh, Rara
meletakkan kepalanya dibahuku. Hentak sunyi dan suara petir mengagetkan kami. 1
menit, 2 menit, 5 menit, Rara masih menangis dan kini hanya usapan tangan ku
yang bisa ku lakukan dan hujan menemaninya, ‘Cerita dong, Ra ! Jangan nangis
terus !’. Ku mulai pembicaraan saat hujan mulai berhenti. Dia menatapku dan
melepaskan pelukkanya yang erat dan aku tak sanggup melihat air matanya jatuh.
‘Ricko, din. Rickkkooo !’ ucap Rara tersentak-sentak sambil merenung. Cinta
lagi, lagi, dan lagi, cowo kembali, sakit meratapi dan jatuh menanti. Batin aku
yang berasa sok puitis dan bijak.
‘Kamu kenapa sama
Ricko? Ada masalah? Putus?’ Tanya aku penuh dengan kepenasaranku. Hati Rara
mulai bergejolak, bibirnya terasa pahit untuk berucap dan otaknya sulit untuk
menghapus tiap memori yang menyakitkan. Rara menatapku lagi, tatapanya yang
kedua berbeda, ia seperti ketakutan, bingung dan misteri bagiku. ‘Ini bukan
masalah lagi, din ! Tapi kamu janji gak akan bilang siapa-siapa ? Plisss !’
ujar ia dan mlai menangis lagi. Apa maksudnya, batin aku bingung dan tak
mengerti maksudnya. Aku hanya bisa melipat bibir ini, aku kaku untuk bisa
berjanji padanya. ‘Tapi kamu kenapa?’ Tanya aku.
‘Ceritanya panjang, din ! Waktu itu,
aku sama ricko satu mobil pulang dari bandung ke Jakarta’. Tangisan mengalir
lagi, aku memeluknya. ‘ Tiba-tiba mobilnya mogok dan ricko berusaha benerin,
tapi gagal. Kita kejebak didalam mobil dan ricko kedingian, lalu ricko lepas
bajunya yang basah dan terus dia natap aku, din’. Genggaman tangan rara sangat
erat. ‘ Terus tiba-tiba dipegang tangan aku dan ingin mencium dan terus dia
maksa aku bercinta, aku nolak dia nampar aku. Terus dia perkosa aku, din! Dia
jahat!’. Air matanya semakin deres, sudah cukup jangan cerita lagi itu buat mu
sakit, batin aku penuh dengan penyesalan kenapa ini terjadi pada temanku. ‘Ra,
liat aku, liaaattt, kamu bisa nyelesain masalah ini dan kamu harus tenang.’
Ucap ku untuk menenangkannya.
‘Tapi , din !’. ‘Semua akan baik-baik aja kalo kamu jujur!’.
‘Tapi , din !’. ‘Semua akan baik-baik aja kalo kamu jujur!’.
‘KKKKKkkkkkrrrrriiiiinnngggg..KRRRiiiingggggg’
Dering handphone Rara berbunyi, hentak ia lihat dan langsung membantingnya. Ia
ketakutan, seperti orang gila dan ia panik seperti anak kecil saat ia liat
bahwa itu telpon dari Ricko.
Tamat-
Komentar
Posting Komentar